Pemain Bola Terbaik Dunia Sepanjang Masa Menurut Fifa
Saving Private Ryan (1998)
Steven Spielberg adalah sutradara terlaris sepanjang masa. Namun, pada 1990-an, sutradara blockbuster di balik serial Jaws, E.T., Jurassic Park, dan Indiana Jones ini mulai mengarahkan kariernya ke arah berbeda. Mengikuti film perang terdahulunya yang berhasil memenangkan piala Oscar sebagai Film Terbaik untuk Schindler's List (1993), Spielberg kembali mengarahkan perhatiannya pada film era Perang Dunia II.
Saving Private Ryan (1998) memiliki premis yang menarik, di mana sekelompok tentara mempertaruhkan nyawa mereka di belakang garis musuh untuk menyelamatkan seorang tentara, yang saudara laki-lakinya terbunuh dalam pertempuran tersebut. Di tangan Steven Spielberg, Saving Private Ryan menjejali penonton untuk melihat Perang Dunia II dari sudut pandang baru. Spielberg menggunakan teknik dokumenter untuk menyaksikan konflik perang ini, dengan menyoroti keberanian para prajurit.
Kritikus film menganugerahkan Saving Private Ryan dengan skor 93 persen di Rotten Tomatoes. Film ini mendapatkan penghasilan domestik (Amerika) senilai 217 juta dolar AS atau setara Rp3,4 triliun dan 482 juta dolar AS atau setara Rp7,6 triliun di seluruh dunia, sampai-sampai menjadikannya film terlaris pada 1998. Saving Private Ryan juga menganugerahkan Steven Spielberg sebagai Sutradara Terbaik keduanya dalam penghargaan Oscar, meskipun film tersebut kalah dengan Shakespeare in Love (1998) sebagai Film Terbaik.
Pemenang berdasarkan klub
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tabel sepanjang masa di bawah ini menampilkan tim nasional yang telah berpartisipasi dalam Piala Dunia FIFA berdasarkan sejumlah kriteria, termasuk jumlah pertandingan, kemenangan, kekalahan, gol, poin total, poin per pertandingan, dan sebagainya.
Tabel ini juga menunjukkan jumlah poin keseluruhan bagi setiap tim yang pernah ikut serta dalam Piala Dunia FIFA, yang dihitung pada setiap pertandingan dalam babak penyisihan grup Piala Dunia, dengan 3 poin per 1 kemenangan, 1 poin untuk seri, dan 0 poin untuk kekalahan. Tim dalam tabel di bawah ini diperingkatkan menurut total poin. Poin per pertandingan dihitung berdasarkan pertandingan yang dimainkan oleh masing-masing tim. Dengan demikian, jumlah poin keseluruhan dibagi dengan pertandingan total yang telah dimainkan oleh setiap tim dalam Piala Dunia. Penghitungan ini menunjukkan kualitas sebuah tim dalam penyelenggaraan Piala Dunia.
The Deer Hunter (1978)
The Deer Hunter (1978) dibintangi oleh aktor Hollywood papan atas, seperti Robert De Niro, Meryl Streep, dan Christopher Walken, jadi bisa dinilai, film ini cukup bagus. Dengan durasi 183 menit, penonton dibawa dari pabrik baja di Pittsburgh ke pegunungan Pennsylvania hingga hutan ganas di Vietnam untuk menunjukkan bagaimana perang yang brutal terjadi. Perang ini merusak banyak kehidupan, baik mereka yang berjuang maupun orang-orang yang mereka cintai di kampung halaman.
The Deer Hunter menunjukkan bahwa perang tidak saja berdampak pada mereka yang turun ke medan perang, tapi juga berdampak pada orang-orang yang mereka cintai dan komunitas tempat mereka tinggal. The Deer Hunter sangat sukses di Academy Awards, memenangkan Film Terbaik, Sutradara Terbaik untuk Michael Cimino, dan Aktor Pendukung Terbaik untuk Christopher Walken, serta mencetak nominasi untuk Robert De Niro dan Meryl Streep. Film ini mendapat skor 94 persen di Rotten Tomatoes.
Full Metal Jacket (1987)
Sutradara Stanley Kubrick sering membuat film perang dalam kariernya, seperti Spartacus (2010), Paths of Glory (1957), dan Dr. Strangelove (1964). Pada 1987, ia membuat film berjudul Full Metal Jacket. Film ini memadukan gaya surealistik dan realistis.
Didasarkan dari novel The Short-Timers karya Gustav Hasford, Full Metal Jacket menceritakan perjalanan Marinir AS di bootcamp hingga ke zona perang yang berdarah dan brutal. Full Metal Jacket dibintangi oleh Matthew Modine, R Lee Ermey dan Vincent D'Onofrio. Meskipun Full Metal Jacket tidak masuk dalam film terbaik Stanley Kubrick, skor Rotten Tomatoes-nya mampu meraih 91 persen.
Apocalypse Now (1979)
Francis Ford Coppola menyutradarai film tentang Perang Vietnam pada 1970-an. Apocalypse Now (1979) adalah kisah epik tentang peperangan. Film ini tidak hanya menyampaikan kengerian sebuah perang, tetapi juga menampilkan ketidakmanusiawian yang digambarkan dengan sangat nyata.
Apocalypse Now mendapatkan skor 98 persen di Rotten Tomatoes dan menghasilkan pendapatan kotor sebesar 91 juta dolar AS atau setara Rp1,4 triliun di seluruh dunia. Ini menjadi pencapaian terbesar dalam karier sutradara Coppola.
Baca Juga: 9 Aktor Film Perang Hollywood yang Pernah Tergabung di Militer
Sebelum menuai kontroversi sebagai penulis Scarface (1983), sutradara JFK (1991) dan Natural Born Killers (1994), Oliver Stone, adalah mahasiswa yang di-dropout dari Universitas Yale dan novelis yang gagal pada 1960-an. Namun, Oliver Stone mengabdikan dirinya ke Angkatan Darat AS dan diterjunkan langsung ke hutan Vietnam dalam Perang Vietnam. Stone dianugerahi penghargaan Bronze Star (Bintang Perunggu) dan Purple Heart (Hati Ungu) atas pengabdiannya itu.
Kemudian, Oliver Stone melanjutkan studinya di Universitas New York di bawah bimbingan sutradara Martin Scorsese. Stone pun terjun ke Hollywood sebagai penulis skenario. Baru pada 1986, Stone mengabdikan pengalamannya di medan tempur dalam film Platoon.
Platoon berkisah tentang seorang prajurit muda (diperankan oleh Charlie Sheen, putra Martin Sheen, yang berperan sebagai Kapten Willard di Apocalypse Now tujuh tahun sebelumnya). Prajurit ini harus menghadapi Viet Cong dan Sersannya yang sadis, Barnes, yang diperankan oleh Tom Berenger. Perang ini cukup mengerikan karena terinspirasi dari pengalaman pribadi Oliver Stone sendiri.
Para kritikus memberi Platoon skor 88 persen di Rotten Tomatoes. Film ini memperoleh pendapatan domestik sebesar 138 juta dolar AS atau setara Rp2,2 triliun dengan anggaran hanya 6 juta dolar AS atau setara Rp95 miliar. Platoon juga berhasil membawa pulang piala Oscar untuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik untuk Oliver Stone.
Lionel Messi (Argentina)
Pemain terbaik di dunia di urutan teratas siapa lagi kalau bukan Lionel Messi. Messi merupakan playmaker sekaligus pencetak gol yang andal. Ia pernah merasakan berbagai trofi di tingkat klub, Eropa, maupun internasional.
Selain, gelar liga klub dan Liga Champions, Messi menyempurnakan gelarnya setelah meraih Piala Dunia edisi 2022. Saat ini Messi juga pemain bola dengan koleksi Ballon d’Or terbanyak, yaitu 7 penghargaan.
Siapa 10 Pemain Bola Terbaik Dunia?
Berikut adalah daftar pemain bola terbaik dunia lintas generasi dengan segudang prestasi. Daftar ini disusun dari peringkat 10 hingga pertama. Yuk, disimak!
The Guns of Navarone (1961)
The Guns of Navarone (1961) bisa dibilang menjadi film terbaik di antara subgenre men on a mission. Film yang diproduksi Inggris—Amerika ini menceritakan tim tentara Inggris yang dikirim ke wilayah Yunani yang diduduki Nazi. Mereka ditugaskan menghancurkan pangkalan senjata Jerman.
Dibintangi Gregory Peck, David Niven, dan Anthony Quinn, The Guns of Navarone merupakan kisah ketika Sekutu harus menyelesaikan misi berbahaya untuk mengalahkan orang-orang jahat. Film ini menonjol karena karakternya, alur cerita yang menarik, dan kisahnya yang epik. Kritikus menyukainya hingga hari ini, memberikannya skor 95 persen di Rotten Tomatoes.
Meskipun merupakan salah satu konflik paling penting dalam sejarah Amerika, kisah tentang Perang Saudara Amerika di layar lebar tidak begitu bagus. Salah satunya The Birth of a Nation, film berlatarkan Perang Saudara Amerika ini kisahnya sangat rasis. Ada juga Gone With The Wind (1939), yang lebih fokus dengan perbudakan, atau film biografi sejarah seperti Lincoln (2012). Namun, yang terbaik dari semuanya adalah Glory (1989).
Glory menceritakan kisah Kolonel Robert Gould Shaw (Matthew Broderick), yang memimpin perusahaan sukarelawan perang kulit hitam pertama selama Perang Saudara Amerika. Selain menggambarkan kepahlawanannya yang menggugah dan menginspirasi, film ini juga menunjukkan bahwa orang Afrika—Amerika tidak hanya menjadi korban perbudakan Konfederasi, tetapi juga rasisme di kelompok mereka sendiri, di Union Army.
Sayangnya, Glory tidak masuk nominasi Film Terbaik di Academy Awards. Film Terbaik justru diraih oleh Driving Miss Daisy (1989). Meskipun begitu, Glory diberi skor 93 persen di Rotten Tomatoes. Nilai yang cukup tinggi untuk sebuah film.
Franz Beckenbauer (Jerman)
Beckenbauer adalah pemain fenomenal yang pernah dimiliki oleh Bayern München. Selama berkarier di sana, 4 gelar Bundesliga, 4 Piala DFB, dan 3 trofi Liga Champions pernah ia persembahkan.
Di tingkat negara, ia pernah merasakan manisnya gelar juara dunia bersama Jerman pada tahun 1974. Nggak hanya itu, Beckenbauer juga sempat meraih 2 penghargaan Ballon d’Or.